banner 728x250

FTII Uhamka Memberikan Pelatihan Pengelolaan Sampah Organik Kepada Warga Desa Bojong Indah Bogor

MDI. NEWS – Bogor. Gunung Kapur , Fakultas Teknologi Industri dan Informatika Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA (FTII UHAMKA) berkerjasama dengan Pimpinan Ranting Muhammadiyah Gunung Kapur menyelenggarakan Pelatihan Pengelolaan Sampah Organik pada tanggal 25 Mei 2024.

 

banner 325x300

Sampah rumah tangga terdiri atas sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik berasal dari sisa-sisa makanan dan sampah dapur hasil potongan sayuran dan buah yang dibuang. Sementara sampah anorganik dari rumah tangga dapat dikumpulkan dari mulai kamar mandi, dapur, ruang makan, kamar tidur, dan ruang tamu yang semuanya terbuat dari kertas, plastik, karet, dan sebagainya.

 

Sampah organik yang tidak diolah dan tidak dikelola dengan baik akan menumpuk dan menimbulkan bau busuk. Dampak yang diakibatkan dapat mengganggu keindahan lingkungan dan mengganggu kesehatan. Apalagi setiap rumah tangga berkontribusi terhadap penumpukan sampah organik ini.

 

Oleh karena itu pengolahan dan pengelolaan sampah organik menjadi kebutuhan. Pengolahan dan pengelolaan sampah organik harus dimulai dari pelatihan pengenalan sampah organik itu sendiri yang kemudian dapat dilanjutkan dengan metode dan teknis pengelolaan dan pengolahannya.Kamis ( 6/06/24).

 

Tim dari FTII UHAMKA diketuai oleh Mohammad Yusuf Djeli, dengan anggota Rifky, Mia Kamayani, dan Arif Hamzah sebagai dosen FTII. Sementara anggota dari tenaga kependidikan adalah Herman Fauzi. Anggota dari mahasiswa adalah Dimas Priyuko Tri Asmoro dan Muhammad Imam Sobirin.

 

 

Mohammad Yusuf Djeli mengatakan bahwa bersyukur kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dapat berlangsung sebagai hasil kolaborasi FTII UHAMKA dengan PRM Gunung Kapur. Semoga melalui pelatihan pengolahan sampah organik masyarakat Desa Gunung Kapur ini akan memahami manfaat pengolahan sampah organik. Selain itu, Yusuf berharap Gunung Kapur ini dapat menjadi cikal bakal Desa Binaan FTII UHAMKA.

 

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini diisi pemateri Dadan Haerurohaman, seorang praktisi pengolahan sampah organik yang sudah berpengalaman dan seringkali memberi pelatihan di berbagai daerah.

 

Dadan menuturkan bahwa sampah organik dapat dikelola menjadi beberap hal, antara lain: (1) kompos, (2) Maggot Black Soldier Fly (BSF), (3) eco-enzyme, dan (4) pupuk organik.

 

“Sampah organik dari dapur dapat dikelola menjadi Maggot, sejenis larva lalat yang tidak berbau dan tidak berbahaya. Maggot lalat BSF ini dapat diternakan dari mulai telur, larva, kepompong, dan lalat kemudian lalat menetas menjadi telur dan seterusnya bersirkulasi”, terangnya.

 

Larva Maggot ini memiliki kebutuhan makan sampah organik sebanyak lima kali beratnya. Oleh karena itu diperlukan jumlah sampah organik sayuran dan atau buah dari dapur atau pasar yang banyak untuk memelihara larva yang hidupnya dalam masa makan ini.

” Maggot ini memiliki kandungan protein yang tinggi, sehingga digunakan sebagai pakan ikan terutama ikan lele. Dengan demikian pada tahap larva ini memiliki nilai ekonomi yang sangat menjanjikan. Setelah maggot menjadi hitam (seperti kepompong) sudah tidak makan lagi. Maggot hitam ini akan menjadi lalat yang akan berkembangbiak dan menghasilkan telur”, ucapnya.

 

Semangat peserta ditunjukkan dengan menyampaikan sejumlah pertanyaan seputar Maggot, yang tampilannnya seperti belatung yang menjijikan. Namun, Maggot tidak beracun dan tidak berbahaya bahkan sebagian orang ada yang memakannya.

 

Wartawan : ( Djar)

https://aksigenerasi.org/

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *